Jumat, 08 Mei 2015 jam 20.14 wib, sehabis membuat kopi, hp berdering memanggil. disitu terlulis sang pemanggil adalah Mbah Ain. Ini artinya Bapak./ Ibu yang sedang telpon. "Assalamualaikum mbah.....", dijawabnya oleh ibu saya.. "eko... balio... bapak kok koyo ngene... (eko... segera pulang... bapak kok seperti ini kenapa...)". Saat itu tanpa berfikir panjang saya langsung lari ambil jaket, nyambar kunci motor adik, sambil menghubungi mas amin untuk datang ke rumah bapak sesegera mungkin. Saya langsung tancap gas Jogja - Nglipar. Sampai di PKU Wonosari, saya temui bapak ternyata saat itu bapak dalam keadaan kritis. "Pak kulo nyuwun pangapunten pak... (Pak, saya mohon maaf pak...)" itu kata yang terucap spontan. Saya dampingi tubuh bapak yang sudah tidak bisa merespon lingkungan sekitar, namun seluruh organ masih bisa berfungsi dengan normal dan tidak ada yang bermasalah. Saya yakin, bapak masih bisa mendengar dan merasakah kehadiran kami di sekitar beliau. Hanya talqin yang bisa kami sampaikan kepada beliau sampai akhirnya 09 Mei 2015 jam 06.40, Alloh memanggil Bapak di usia 68 tahun dengan cara-cara yang diinginkannya. Innalillahi wa innaillaihi rojiun..
Bapak Cakep Panarto bin Karto Taruno, seorang bapak dan guru bagi saya. Seseorang yang sangat sederhana dalam berfikir dan bertindak. Seorang yang tegas dalam mengambil keputusan. Seorang yang mengajarkan bagaimana hidup kepada saya. Seorang yang pantas menjadi teladan di keluarga kecil kami. Seorang yang selalu mengajak yang lain untuk selalu berbuat baik selagi masih mampu untuk melaksanakan. Seorang pensiunan Mantri Tani yang diakhir hayatnya totalitas pada bidang Pertanian.
Sejak muda Bapak adalah orang pekerja keras. Berangkat ke kantor pagi hari dan pulang kantor pada saat jam kantor sudah selesai. Kedisiplinannya itu membekas jelas di benak kami. Disaat teman-temannya pulang mendahului, bapak dengan enaknya tetap berada di kantor bersama dengan arsip-arsip pertaniannya. Tidak pernah yang namanya pulang mendahului, kecuali memang ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan.
Bapak adalah orang yang teguh pendiriannya, apa yang diinginkan bapak selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan entah bagaimana caranya, tapi tentu saja dengan cara-cara yang benar dan halal.
Bapak adalah orang yang taat dalam beragama. Setiap pagi dan sore disempatkannya untuk pergi ke masjid baik ke masjid Nurul Huda maupun Masjid Al-Fattah. Sampai diakhir hayatnya, Bapak hari itu melaksanakan sholat jumat di Masjid Nurul Huda dan sholat Maghrib di masjid Al-Fatah.
Diakhir-akhir hayatnya, Bapak minta kepada saya untuk membelikan alquran juz 25, 26, 27. Setiap kali telpon, bapak selalu menanyakan Al-Quran yang dimintanya. Alhamdulillah, tanggal 2 Mei 2015 saya bisa membelikan Al-Quran yang dimintanya. Kata beliau, karena ngaji tafsirnya sudah sampai pada juz 25 dan untuk melengkapi Al-Qurannya yang sudah beliau punya. Diakhir hayatnya, beliau masih sempat untuk tadarus Al-Quran sebelum sakit kepala itu menyerang dan membuat beliau koma malam itu. Bapak selalu berpesan untuk selalu menjaga keluarga, mendidik anak dan istri dengan baik dan membantu siapa saja semampunya. Jangan pernah membantu dengan pamrih sekecil apapun. Jangan pernah dendam dengan orang yang pernah menyakiti kita, malah bantulah dia apabila mereka mengalami kesusahan.
Bapak mengajarkan kepada saya untuk selalu sayang dengan keluarga, mengajarkan untuk menjadi pribadi apa adanya sesuai dengan kemampuan pribadi.
Bapak pernah bercerita, bahwa diakhir hayatnya beliau ingin tidak ingin menyusahkan keluarga. Alloh mengabulkan permintaanya, dengan tidak banyak merepotkan kami. Yang tidak sampai di pikiran saya, sebelum bapak anfal dan masuk di rumah sakit, di sore harinya beliau masih sempat menggilingkan padi untuk dijadikan beras buat anak-anaknya.
Innalillahi wa inna illaihi rojiun... selamat jalan Bapak, Insya Alloh Bapak Khusnul Khotimah.. Aamiin...
Bapak Cakep Panarto bin Karto Taruno, seorang bapak dan guru bagi saya. Seseorang yang sangat sederhana dalam berfikir dan bertindak. Seorang yang tegas dalam mengambil keputusan. Seorang yang mengajarkan bagaimana hidup kepada saya. Seorang yang pantas menjadi teladan di keluarga kecil kami. Seorang yang selalu mengajak yang lain untuk selalu berbuat baik selagi masih mampu untuk melaksanakan. Seorang pensiunan Mantri Tani yang diakhir hayatnya totalitas pada bidang Pertanian.
Sejak muda Bapak adalah orang pekerja keras. Berangkat ke kantor pagi hari dan pulang kantor pada saat jam kantor sudah selesai. Kedisiplinannya itu membekas jelas di benak kami. Disaat teman-temannya pulang mendahului, bapak dengan enaknya tetap berada di kantor bersama dengan arsip-arsip pertaniannya. Tidak pernah yang namanya pulang mendahului, kecuali memang ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan.
Bapak adalah orang yang teguh pendiriannya, apa yang diinginkan bapak selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan entah bagaimana caranya, tapi tentu saja dengan cara-cara yang benar dan halal.
Bapak adalah orang yang taat dalam beragama. Setiap pagi dan sore disempatkannya untuk pergi ke masjid baik ke masjid Nurul Huda maupun Masjid Al-Fattah. Sampai diakhir hayatnya, Bapak hari itu melaksanakan sholat jumat di Masjid Nurul Huda dan sholat Maghrib di masjid Al-Fatah.
Diakhir-akhir hayatnya, Bapak minta kepada saya untuk membelikan alquran juz 25, 26, 27. Setiap kali telpon, bapak selalu menanyakan Al-Quran yang dimintanya. Alhamdulillah, tanggal 2 Mei 2015 saya bisa membelikan Al-Quran yang dimintanya. Kata beliau, karena ngaji tafsirnya sudah sampai pada juz 25 dan untuk melengkapi Al-Qurannya yang sudah beliau punya. Diakhir hayatnya, beliau masih sempat untuk tadarus Al-Quran sebelum sakit kepala itu menyerang dan membuat beliau koma malam itu. Bapak selalu berpesan untuk selalu menjaga keluarga, mendidik anak dan istri dengan baik dan membantu siapa saja semampunya. Jangan pernah membantu dengan pamrih sekecil apapun. Jangan pernah dendam dengan orang yang pernah menyakiti kita, malah bantulah dia apabila mereka mengalami kesusahan.
Bapak mengajarkan kepada saya untuk selalu sayang dengan keluarga, mengajarkan untuk menjadi pribadi apa adanya sesuai dengan kemampuan pribadi.
Bapak pernah bercerita, bahwa diakhir hayatnya beliau ingin tidak ingin menyusahkan keluarga. Alloh mengabulkan permintaanya, dengan tidak banyak merepotkan kami. Yang tidak sampai di pikiran saya, sebelum bapak anfal dan masuk di rumah sakit, di sore harinya beliau masih sempat menggilingkan padi untuk dijadikan beras buat anak-anaknya.
Innalillahi wa inna illaihi rojiun... selamat jalan Bapak, Insya Alloh Bapak Khusnul Khotimah.. Aamiin...
Comments
Post a Comment